Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah atas limpahan nikmat yang telah Allah
berikan kepada kita. Nikmat Iman, nikmat Islam, nikmat Sehat dan nikmat-nikmat
yang lain yang kita tidak akan bisa menghitungnya. “Dan
jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya.
Sungguh, manusia itu sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” QS. Ibrahim : 34. Kita wajib bersyukur atas
nikmat Allah, sebagaimana Allah Subhanahu
wa Ta’ala perintahkan di dalam Al Quran : “Karena
itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” QS. Al Baqarah : 152
Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi kita,
Muhammad bin ‘Abdillah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, penutup
para nabi dan pemimpin para rasul. Serta kepada keluarga, seluruh sahabatnya,
dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik.
Alhamdulillah
atas izin Allah, hidayah serta ilmu-Nya Cermin Qolbu bisa terbit kembali
untuk saling berbagi ilmu dan saling menasihati. Karena agama ini adalah nasihat,
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam : ““Agama itu
Nasihat (3x).” Kami bertanya, ”Untuk
siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “ Untuk Allah, KitabNya, RasulNya,
dan untuk pemimpin kaum Muslimin serta kaum Muslimin
pada umumnya.” HR.
Muslim dari jalan Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Dari radhiallahu’anhu.
Kewajiban Menuntut Ilmu (Syar’i)
Saudaraku kaum
muslimin –pembaca- yang semoga di rahmati
oleh Allah, ilmu adalah pokok
segala urusan. Jangankan masalah ibadah kepada Allah, masalah duniawi saja kita
butuh yang namanya ilmu. Berapa banyak manusia yang menuntut ilmu untuk duniawi
hingga bertahun-tahun lamanya, sehingga sebagian besar dari mereka lalai untuk
menuntut ilmu syar’i (ilmu agama). Padahal ilmu syar’i itu lebih penting,
bagaimana mungkin seseorang bisa beribadah kepada Allah dengan benar tanpa ilmu
? Mustahil. Maka dari itu Al Imam Al Bukhari rahimahullah memberikan bab khusus di dalam kitab Shahih Bukhari
yaitu bab : “ Al ‘Ilmu Qoblal Qouli wal
‘Amal ” (Bab : Ilmu sebelum beramal dan berbuat)
Dalilnya adalah firman Allah Tabaroka
wa Ta’ala : “ Maka ketahuilah, bahwa
tidak ada Tuhan ( Yang Haq ) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu ” QS.
Muhammad : 19. Allah Subhanahu wa Ta’ala memulainya
dengan ilmu sebelum ucapan dan perbuatan. Firman Allah “ Maka ketahuilah, bahwa
tidak ada Tuhan ( Yang Haq ) melainkan Allah ”
ditujukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga mencakup seluruh umat. Ini merupakan
perintah untuk berilmu (Ketahuilah). Sedangkan firman Allah “dan mohonlah ampunan bagi
dosamu” merupakan perintah untuk beramal (berbuat).
Saudaraku kaum muslimin –yang
semoga dirahmati oleh Allah- perlu kita ketahui bersama bahwa wajib hukumnya
menuntut ilmu (ilmu syar’i) bagi setiap muslim. Dalilnya adalah hadits
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari sahabat
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dari
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda,” Menuntut ilmu itu wajib
bagi setiap muslim.” Yang dimaksud dengan ilmu disini sebagaimana
penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah adalah ilmu syar’i yang dibawa oleh syariat. Inilah
ilmu yang mana pemiliknya dipuji, demikian pula orang yang mengajarkan dan
mempelajarinya. Bukan ilmu yang berkenaan dengan dunia, seperti ilmu hitung,
ilmu ukur, dan lain sebagainya.
Ilmu syar’i terbagi menjadi dua bagian : sebagian fardhu ‘ain yang mana
setiap orang wajib mempelajarinya dan sebagian fardhu kifayah yang apabila
telah ada yang mempelajarinya dengan ukuran cukup, maka gugur hukum wajibnya
bagi orang lain. Contoh Ilmu yang
hukumnya fardhu ‘ain yang wajib atas setiap orang adalah kewajiban orang untuk
mempelajari apa-apa yang wajib hukumnya berkenaan dengan urusan agamanya. Seperti
keharusan belajar tentang tauhid kepada Allah dan penjelasan tentang apa-apa
yang merusak dan membatalkannya berupa berbagai macam syirik, baik yang nyata
atau yang terselubung, yang kecil atau yang besar. Demikian juga sholat, sholat
adalah fardhu atas setiap individu dan tidak pernah gugur dari seorang muslim
selamanya selama akalnya normal. Maka orang harus mempelajarinya dan
mempelajari apa-apa yang menjadi keharusan berupa tata cara bersuci dan lain-lain sehingga ia benar-benar menyembah
Allah dengan ilmu dan keyakinan.
Sedangkan yang fardhu kifayah seperti ilmu waris, ilmu hadits, dan
lain-lain. Wallahu a’lam bish showab.
Keutamaan Menuntut Ilmu Syar’i
“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"” QS. Az Zumar : 9
Jawabannya telah kita ketahui bersama, bahwa tidak akan sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui. Ayat ini
berbentuk kalimat tanya, tetapi sebenarnya mempunyai arti kalimat peniadaan
karena orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu tidak akan pernah sama. Orang
yang berilmu akan ditinggikan derajatnya oleh Allah, sebagaimana firmanNya
dalam Al Quran Surat Al Mujadilah ayat 11 “…Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...” Allah mengangkat beberapa derajat orang yang
berilmu dan beriman karena memang merekalah yang berhak mendapatkannya. Ini
merupakan penjelasan dari Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali hafidzohullah dalam kitabnya Bahjatun Nadziriin
Syarh Riyaadhish Shalihiin.
Ada sebuah hadits yang sangat agung yang mencakup beberapa keutamaan
menuntut ilmu syar’i. Yaitu hadits hasan
yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, At Tirmidzi, Ahmad, Ad Darimi, dan lain-lain
dari Abud Darda’ radhiallahu’anhu, dia
berkata : “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Barang
siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya
jalan menuju surga. Dan sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka untuk penuntut ilmu karena ridha
dengan apa yang ia perbuat. Dan sesungguhnya penghuni langit dan bumi sampai
ikan-ikan di laut pun akan memintakan ampun bagi seorang yang berilmu, dan
keutamaan seorang yang berilmu atas ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan
purnama atas semua bintang-bintang. Dan sesungguhnya para ulama adalah pewaris
para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar, tidak juga
dirham, akan tetapi mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambilnya
berarti ia telah mendapatkan bagian yang banyak.””
Beberapa keutamaan yang dapat kita ambil dari hadits ini, yaitu :
· Orang yang menempuh jalan untuk mencari ilmu
(Syar’i) akan Allah mudahkan jalannya menuju Surga.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa menempuh jalan disini memiliki 2
arti. Yang pertama yaitu menempuh jalan dalam arti yang konkrit yang diinjak
oleh kaki. Seperti seseorang dari rumahnya menuju tempat mempelajari ilmu, baik
tempat ilmu itu masjid atau madrasah atau fakultas dan lain sebagainya. Yang
kedua yaitu menempuh jalan dalam arti abstrak. Yaitu mencari ilmu dari mulut
para ulama dan dari perut buku-buku. Orang yang merujuk buku-buku untuk
mengetahui hukum sesuatu hal yang syar’i sekalipun dalam keadaan duduk di atas
kursinya sesungguhnya dia telah menempuh jalan untuk mencari ilmu. Orang yang
duduk dengan seorang syaikh (guru) untuk belajar ilmu darinya, maka dia juga telah
menempuh jalan untuk mencari ilmu sekalipun ia duduk saja. Siapa yang menempuh jalan
ini, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Karena dengan ilmu
syar’i dapat diketahui tentang hukum apa-apa yang diturunkan oleh Allah,
syariat Allah, perintah-perintah Allah, dan larangan-larangan Allah. Dengannya
anda menempuh jalan yang diridhai oleh Allah Azza wa Jalla yang akan menyampaikan anda ke surga.
· Para malaikat meletakkan sayapnya kepada orang
yang menuntut ilmu syar’i karena ridha atas perbuatan tersebut.
· Orang yang mengajarkan ilmu syar’i, maka
dimohonkan ampun oleh makhluk yang di langit dan di bumi, sampai ikan di lautan
pun ikut memohonkan ampun.
· Keutamaan orang alim (berilmu) atas orang yang
ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Ini menunjukkan bahwa
orang alim lebih utama atas orang ahli ibadah tapi tidak berilmu.
· Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para
nabi. Dan para nabi tidak mewariskan harta melainkan ilmu.
· Barang siapa yang mengambil warisan ini (Ilmu
Alquran dan Sunnah) maka dia mendapatkan bagian yang paling banyak. Artinya
orang yang belajar ilmu syar’i lalu dia memahami, mengamalkannya dan
mengajarkannya kepada umat dengan benar, dengan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia adalah
orang yang beruntung.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu,
ia berkata, “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Jika anak Adam mati terputuslah semua
amalnya kecuali dari tiga perkara : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.”” HR. Muslim
Dalam hadits ini terdapat perintah, yakni perintah agar manusia segera
melakukan amal shalih, karena tidak ada seorangpun yang tahu kapan dia akan
mati. “Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang
dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” QS. Luqman : 34
Apabila nyawa telah tercabut, maka terputuslah semua amal kecuali 3
perkara :
1.
Shadaqah
Jariyah
Yakni orang
bershadaqah dengan sesuatu lalu sesuatu itu berlangsung. Yang paling baik
adalah berbentuk masjid. Pahala amalnya akan mengalir siang dan malam karena
kaum muslimin akan selalu tinggal di dalam masjid ketika mereka shalat, membaca
al quran, belajar dan mengajarkan ilmu syar’i, dan lain-lain.
2.
Ilmu yang
bermanfaat
Inilah shadaqah yang
paling luas, paling mencakup dan paling bermanfaat, yaitu ketika seseorang
meninggalkan ilmu sepeninggalnya yang terus dimanfaatkan oleh kaum muslimin.
Pahalanya akan terus mengalir karena orang memanfaatkan ilmu yang
diwariskannya. Seperti kitab-kitab para Ulama, dan lain-lain.
3.
Anak
shalih yang mendoakan
Yakni anak yang shalih, yang senantiasa mendoakan
kedua orang tuanya setelah mereka berdua meninggal. Semoga Allah jadikan kita
termasuk anak-anak yang shalih yang bisa mendoakan kedua orang tua kita kelak
setelah mereka tiada. Amin
Pembaca -yang di rahmati Allah-
mari kita manfaatkan kesehatan dan waktu luang yang kita miliki untuk menuntut
ilmu dan memperbanyak amal shalih. Jangan sampai kita terperdaya oleh dua
nikmat Allah ini. Sebab Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Dua
kenikmatan yang sering dilupakan kebanyakan manusia yaitu Sehat dan Waktu Luang.”
HR. Bukhari
Mungkin ini sedikit ilmu yang bisa penulis bagikan. Masih banyak
keutamaan-keutamaan menuntut ilmu yang lain yang tidak bisa kami tuliskan
disini satu per satu karena terbatasnya media. Semoga apa yang kami tuliskan
ini bisa bermanfaat. Bisa menimbulkan benih-benih semangat di hati para pembaca
untuk mulai dan terus menuntut ilmu syar’i. Yang haq datangnya dari Allah dan
yang salah murni kefakiran ilmu penulis. Washallallahu
‘ala nabiyyina muhammadin.
Maraji’
:
-
Syarh Riyadhus Shalihin oleh Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah
-
Bahjatun Nadziriin Syarh Riyaadhish
Shalihiin oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali hafidzohullah
-
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar