Alhamdulillah. Senantiasa
kita bersyukur kepada Allah atas limpahan nikmat yang dikaruniakan kepada kita.
Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, penutup para Nabi dan pemimpin para Rasul. Keluarga,
sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Setelah di edisi yang
lalu kita mencoba mengupas masalah kemaksiatan yang merajalela di kalangan kaum
muslimin, maka insya Allah pada edisi
kali ini Cermin Qolbu akan mencoba membahas satu masalah yang tidak kalah
pentingnya. Yaitu masalah Taubat kepada
Allah.
Sebagaimana telah
kita sadari bersama bahwa hari-hari yang kita lalui tak pernah luput dari yang
namanya Dosa. Mata kita memandang pandangan
yang mengandung maksiat. Telinga kita mendengarkan hal-hal yang dilarang oleh
Allah. Bibir kita pun basah dengan ghibah
(ngrasani). Sehingga ulama yakni Muhammad
bin Waasi’ pernah berkata, “Kalau
seandainya dosa itu memiliki bau maka tidak seorangpun dari kalian yang akan
duduk denganku.” Ini dikarenakan begitu banyaknya dosa manusia.
Oleh karena itu,
merupakan bentuk Rahman RahimNya Allah sehingga kita diperintahkan untuk
bertaubat kepadaNya. Mohon ampun atas dosa - dosa yang pernah kita lakukan.
Allah
Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang - orang yang
beriman supaya kamu beruntung.” QS. An Nur : 31.
Dan juga berfirman : “dan hendaklah kamu meminta ampun
kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.” QS. Hud : 3.
Serta firman-Nya : “Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.” QS. At Tahrim : 8.
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, manusia
terbaik di muka bumi ini, manusia yang paling bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, beliau bertaubat
kepada Allah lebih dari 70 kali dalam sehari.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari rahimahullah dari jalan
sahabat Abu Hurairah radhiallahu’anhu,
dia berkata : “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu
‘alaihi Wa Sallam bersabda : “Demi
Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaNya
dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.””
Sedangkan di dalam
Shahih Muslim dari jalan Al Aqharr Ibnu Yasar Al Muzani radhiallahu’anhu, dia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda : “Hai Manusia taubatlah
kepada Allah dan mohonlah ampunanNya, karena sesungguhnya aku bertaubat
(kepadaNya) dalam satu hari sebanyak seratus kali.””
Padahal beliau adalah orang yang maksum,
yang diampuni dosanya oleh Allah baik yang telah lampau maupun yang akan
datang. Sebagaimana hadits Shahih
yang diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu’anha,
ia mengatakan : “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi Wa Sallam terbiasa shalat
sehingga kakinya pecah-pecah. Kemudian aku mengatakan kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah,
kenapa engkau melakukan hal ini padahal engkau telah diampuni dosa yang telah
lalu dan akan datang.’ Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam
mengatakan, ‘Tidakkah engkau menyukai aku menjadi hamba yang bersyukur.’” (HR. Muslim). Ini merupakan contoh yang
patut kita tancapkan dalam hati dan kita amalkan. Kalau Rasulullah saja bertaubat memohon ampun kepada Allah lebih dari
70 kali dalam sehari, lantas apa yang membuat kita enggan untuk bertaubat
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ada sebuah ayat di dalam Al Quran, yang ayat ini
merupakan kabar gembira bagi kita semua khususnya bagi sebagian orang yang
sudah terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan. Sebagaian besar dari mereka
mengatakan : “Dosaku sudah terlalu
banyak, tak mungkin di ampuni oleh Allah..” kemudian mereka terus menerus
melakukan kemaksiatan hingga akhir hayatnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman : “Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat
Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS.
Az Zumar : 53
Imam
Ibnu Katsir rahimahullah berkata
tentang ayat ini : “Ayat yang mulia ini merupakan
seruan kepada orang-orang yang bermaksiat, baik orang-orang kafir atau lainnya,
untuk bertaubat dan kembali (kepada Allah). Ayat ini juga memberitakan bahwa
Allah Tabaraka Wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa semuanya bagi orang-orang
yang bertaubat dari dosa-dosa tersebut dan meninggalkannya, walaupun dosa
apapun juga, walaupun dosanya sebanyak buih lautan. Dan tidak benar membawa
arti pengampunan Allah (dalam ayat ini)
dengan tanpa taubat, karena orang yang tidak bertaubat dari syirik tidak akan diampuni
oleh Allah. (Tafsir Ibnu
Katsir, surat Az-Zumar: 53)
Syaikh Abdurrahman
bin Nashir As-Sa’di rahimahullah
menjelaskan di dalam Tafsir beliau, Taisir
Karimir Rahman Fii Tafsiri Kalamil Mannan, surat Az-Zumar : 53, sebagai
berikut :
"Allah Ta’ala memberitakan tentang keluasan kemurahanNya kepada hamba-hambaNya yang melewati batas, yaitu orang-orang yang banyak melakukan dosa. Dan Dia mendorong mereka untuk kembali (kepadaNya), sebelum hal itu tidak memungkinkan.
"Allah Ta’ala memberitakan tentang keluasan kemurahanNya kepada hamba-hambaNya yang melewati batas, yaitu orang-orang yang banyak melakukan dosa. Dan Dia mendorong mereka untuk kembali (kepadaNya), sebelum hal itu tidak memungkinkan.
(FirmanNya: Katakanlah): wahai Rasul, dan para da’i yang mengajak
kepada agama Allah, sampaikanlah berita kepada para hamba dari Rabb mereka.
(FirmanNya: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri): dengan mengikuti dosa-dosa yang diserukan oleh hawa nafsu
mereka, dan melakukan perkara-perkara yang menjadikan kemurkaan Allah Yang Maha
Mengetahui perkara-perkara yang ghaib.
(FirmanNya: janganlah
kamu terputus asa dari rahmat Allah): yaitu janganlah kamu terputus asa darinya
sehingga kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan, dan kamu mengatakan:
“Dosa-dosa kami telah banyak, keburukan kami telah bertumpuk-tumpuk, tidak ada
jalan untuk menghilangkannya, tidak ada jalan untuk membuangnya”. Dengan sebab
itu kamu tetap terus-menerus melakukan kemaksiatan, kamu membawa bekal yang
dimurkai oleh Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pemurah). Tetapi kenalilah Penguasa
kamu lewat nama-namaNya yang menunjukkan kemurahanNya. Dan ketahuilah bahwa
(FirmanNya: Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya): yang berupa: syirik,
pembunuhan, zina, riba, kezhaliman, dan dosa-dosa lainnya, yang besar dan yang kecil.
(FirmanNya:
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang): yaitu kedua
sifatNya, sifat memberi ampun dan sifat rahmat (kasih sayang), merupakan sifat
yang tetap ada pada Allah, tidak pernah terlepas dari DzatNya, dan dampak kedua
sifat itu terus ada, terjadi di alam ini, memenuhi makhluk.” (Az Zumar : 53)
Allah senang dengan taubat hambaNya
Di dalam Riwayat Muslim disebutkan bahwa
Rasulullah bersabda : “Sungguh Allah
lebih bergembira dengan taubat seorang hambaNya ketika dia bertaubat kepadaNya,
dari pada (kegembiraan) salah seorang kamu yang mengendarai untanya di hamparan
tanah luas yang tidak ada air dan tumbuhannya (padang pasir). Tiba-tiba untanya
menghilang, padahal makanan dan minumannya ada padanya. Kemudian ia berputus
asa untuk bisa menemukannya kembali. Lalu ia mendatangi sebuah pohon dan
berbaring di bawah baying-bayangnya. Dia sungguh telah berputus asa dari
untanya. Tatkala dia dalam keadaan seperti itu tiba-tiba (pula) ia mendapatkan
untanya berdiri dihadapannya. Maka segera ia pegang tali kendalinya. Kemudian
dia berkata karena sangat bergembiranya : “Ya Allah Engkau hambaku dan aku
adalah Tuhanmu” Dia salah ucap karena terlalu bergembira.”
Dari
Abu Musa Abdullah Ibnu Qais Al Asyari radhiallahu’anhu,
dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam
beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah
Ta’ala membuka tanganNya di malam hari agar bertaubat pelaku dosa di siang
hari, dan membuka tanganNya di siang hari agar bertaubat pelaku dosa di malam
hari sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya” HR. Muslim. Apakah
kita tidak mau memanfaatkan kesempatan emas ini? Di mana Allah senantiasa menerima taubat hambaNya sebesar apapun dosanya.
Saudaraku kaum muslimin -semoga dirahmati
oleh Allah- mari kita bertaubat kepada Allah, kita sesali dosa-dosa kita
dan memohon ampun kepadaNya, sebelum nyawa berada di kerongkongan dan sebelum
matahari terbit dari tempat terbenamnya. Karena jika hal itu sudah terjadi maka
Allah tidak akan menerima taubat kita.
Dari Abu Abdurrahman Abdullah Ibnu Umar Ibnu Al
Khaththab radhiallahu’anhuma, dari
Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam,
beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah
menerima taubat seorang hamba selama ruh nya belum sampai pada kerongkongan”
HR. At Tirmidzi, ia berkata hadits hasan. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu,
dia berkata : “Rasulullah Shallalahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda : “Barang siapa bertaubat sebelum matahari
terbit dari tempat tenggelamnya maka Allah menerima taubatnya”” HR. Muslim
Kisah
yang menarik mengenai Taubat kepada Allah
Dari Abu Sa’id Sa’d
Ibnu Malik Ibnu Sinan Al Khudri radhiallahu’anhu,
bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa
Sallam bersabda : “Pada umat sebelum
kamu ada seorang laki-laki yang membunuh 99 jiwa. Kemudian ia bertanya tentang
orang terpandai di dunia, ia pun ditunjukkan kepada seorang pendeta (ahli
ibadah). Dia mendatanginya dan bertanya : “Sesungguhnya dia telah membunuh 99
nyawa, apakah ada taubat untuknya ?” Pendeta menjawab : “Tidak.” Maka ia pun
membunuhnya, menggenapkan angka 100 dengannya. Kemudian dia bertanya tentang
orang yang paling mengerti di muka bumi ini. Maka ia pun ditunjukkan kepada
seorang ‘alim (ahli ilmu). Dia berkata (kepadanya) : “Sesungguhnya dia telah
membunuh 100 nyawa, apakah ada taubat untuknya ?” ‘Alim itu menjawab : “Iya,
dan memangnya siapa yang menghalangi antara dia dan taubat ? pergilah ke negeri ini dan itu, sesungguhnya disana terdapat orang-orang yang menyembah
Allah Ta’ala, menyembahlah kepada Allah bersama mereka. Kamu jangan pulang ke
negerimu karena ia adalah negeri yang jelek.” Maka orang tadi berangkat dan
tatkala ia sampai pada separuh perjalanan, ia dijemput oleh maut. Maka malaikat
Rahmat dan malaikat Adzab bertengkar tentangnya. Malaikat Rahmat berkata : “Dia
dating dalam keadaan bertaubat, menghadap dengan sepenuh hatinya kepada Allah
Ta’ala.” Sementara malaikat Adzab beragumentasi :”Sesungguhnya dia belum pernah
melakukan kebajikan sama sekali.” Maka ada satu malaiakat lain yang mendatangi
mereka dalam rupa manusia. Akhirnya mereka menjadikannya sebagai penengah
(hakim). Maka dia berkata : “Ukurlah jarak antara 2 negeri ini, kemana ia lebih
dekat jaraknya maka ia termasuk miliknya.” Merekapun mengukur, ternyata mereka
menemukan bahwa dia lebih dekat dengan kampung yang sedang dituju. Maka
malaikat Rahmat lah yang menanganinya.” Muttafaq ‘alaih.
Syarat
bertaubat kepada Allah
Al Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Riyadhus Shalihin :
Para ulama berkata : “taubat itu wajib, dari
setiap dosa. Apabila maksiat itu antara hamba dan Allah Ta’ala, tidak
berhubungan dengan hak manusia maka taubatnya memiliki syarat :
1.
Meninggalkan maksiat (tersebut)
2.
Menyesal atas perbuatan maksiat yang
telah dilakukannya
3.
Bertekad untuk tidak kembali
(mengulangi) kepada maksiat itu semuanya
Apabila salah satu dari tiga syarat ini tidak
terpenuhi maka taubatnya tidak sah. Dan Apabila maksiat itu tadi berhubungan
dengan manusia maka syarat taubatnya ada empat yaitu tiga syarat di atas,
ditambah dengan satu
syarat (yaitu) membebaskan diri dari hak orang lain. Apabila hak itu berupa
harta atau sejenisnya maka wajib mengembalikan kepadanya. Apabila berupa
tuduhan zina atau sejenisnya maka ia harus memberikan kesempatan kepadanya
untuk menghukumnya atau meminta maaf kepadanya ”
Mari
sejenak kita pikirkan akan dosa-dosa kita. Mungkin dahulu kita pernah berzina,
membunuh, mencuri, berbohong, dan dosa-dosa besar lainnya yang mungkin sekarang
kita sudah lupa. Dan kita telah lalai dari bertaubat kepada Allah karena
terlalu sibuk dalam urusan dunia. “Ya
Allah Ya Rabb, kami bersimpuh di hadapanMu. Memohon ampun atas segala dosa yang
pernah kami lakukan. Dosa yang mungkin sudah sepenuh bumi, menumpuk setinggi
langit. Tapi kami yakin Engkau Maha Pengampun.”
Semoga apa yang kami tuliskan ini bermanfaat.
Kepada Allah lah kami mengharap ridho dan pahala. Yang haq datangnya dari Allah
dan yang salah murni karena kesalahan kami. Saran dan kritik dari saudaraku
kaum muslimin -pembaca yang di rahmati
Allah- tetap kami harapkan. Wallahu
a’lam. Washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin.
"Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi". QS. Al A’raaf : 23
Maraji’
:
-
Riyadhus Shalihin oleh Imam Nawawi rahimahullah
-
dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar