Jumat, 13 Januari 2012

Sudahkah kita bertaubat kepada Allah


Alhamdulillah. Senantiasa kita bersyukur kepada Allah atas limpahan nikmat yang dikaruniakan kepada kita. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, penutup para Nabi dan pemimpin para Rasul. Keluarga, sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Setelah di edisi yang lalu kita mencoba mengupas masalah kemaksiatan yang merajalela di kalangan kaum muslimin, maka insya Allah pada edisi kali ini Cermin Qolbu akan mencoba membahas satu masalah yang tidak kalah pentingnya. Yaitu masalah Taubat kepada Allah.
Sebagaimana telah kita sadari bersama bahwa hari-hari yang kita lalui tak pernah luput dari yang namanya Dosa. Mata kita memandang pandangan yang mengandung maksiat. Telinga kita mendengarkan hal-hal yang dilarang oleh Allah. Bibir kita pun basah dengan ghibah (ngrasani).  Sehingga ulama yakni Muhammad bin Waasi’ pernah berkata, “Kalau seandainya dosa itu memiliki bau maka tidak seorangpun dari kalian yang akan duduk denganku.” Ini dikarenakan begitu banyaknya dosa manusia.
Oleh karena itu, merupakan bentuk Rahman RahimNya Allah sehingga kita diperintahkan untuk bertaubat kepadaNya. Mohon ampun atas dosa - dosa yang pernah kita lakukan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang - orang yang beriman supaya kamu beruntung.” QS. An Nur : 31.
Dan juga berfirman : “dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.” QS. Hud : 3.
Serta firman-Nya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.” QS. At Tahrim : 8.
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, manusia terbaik di muka bumi ini, manusia yang paling bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, beliau bertaubat kepada Allah lebih dari 70 kali dalam sehari.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari rahimahullah dari jalan sahabat Abu Hurairah radhiallahu’anhu, dia berkata : “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda : “Demi Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaNya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.””
Sedangkan di dalam Shahih Muslim dari jalan Al Aqharr Ibnu Yasar Al Muzani radhiallahu’anhu, dia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda : “Hai Manusia taubatlah kepada Allah dan mohonlah ampunanNya, karena sesungguhnya aku bertaubat (kepadaNya) dalam satu hari sebanyak seratus kali.””
Padahal beliau adalah orang yang maksum, yang diampuni dosanya oleh Allah baik yang telah lampau maupun yang akan datang. Sebagaimana hadits Shahih yang diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu’anha, ia mengatakan : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam terbiasa shalat sehingga kakinya pecah-pecah. Kemudian aku mengatakan kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan hal ini padahal engkau telah diampuni dosa yang telah lalu dan akan datang.’ Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam mengatakan, ‘Tidakkah engkau menyukai aku menjadi hamba yang bersyukur.’” (HR. Muslim). Ini merupakan contoh yang patut kita tancapkan dalam hati dan kita amalkan. Kalau Rasulullah saja bertaubat memohon ampun kepada Allah lebih dari 70 kali dalam sehari, lantas apa yang membuat kita enggan untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ada sebuah ayat di dalam Al Quran, yang ayat ini merupakan kabar gembira bagi kita semua khususnya bagi sebagian orang yang sudah terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan. Sebagaian besar dari mereka mengatakan : “Dosaku sudah terlalu banyak, tak mungkin di ampuni oleh Allah..” kemudian mereka terus menerus melakukan kemaksiatan hingga akhir hayatnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Az Zumar : 53
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini : “Ayat yang mulia ini merupakan seruan kepada orang-orang yang bermaksiat, baik orang-orang kafir atau lainnya, untuk bertaubat dan kembali (kepada Allah). Ayat ini juga memberitakan bahwa Allah Tabaraka Wa Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa semuanya bagi orang-orang yang bertaubat dari dosa-dosa tersebut dan meninggalkannya, walaupun dosa apapun juga, walaupun dosanya sebanyak buih lautan. Dan tidak benar membawa arti pengampunan Allah (dalam ayat ini) dengan tanpa taubat, karena orang yang tidak bertaubat dari syirik tidak akan diampuni oleh Allah. (Tafsir Ibnu Katsir, surat Az-Zumar: 53)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menjelaskan di dalam Tafsir beliau, Taisir Karimir Rahman Fii Tafsiri Kalamil Mannan, surat Az-Zumar : 53, sebagai berikut :
"Allah Ta’ala memberitakan tentang keluasan kemurahanNya kepada hamba-hambaNya yang melewati batas, yaitu orang-orang yang banyak melakukan dosa. Dan Dia mendorong mereka untuk kembali (kepadaNya), sebelum hal itu tidak memungkinkan.
(FirmanNya: Katakanlah): wahai Rasul, dan para da’i yang mengajak kepada agama Allah, sampaikanlah berita kepada para hamba dari Rabb mereka.
(FirmanNya: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri): dengan mengikuti dosa-dosa yang diserukan oleh hawa nafsu mereka, dan melakukan perkara-perkara yang menjadikan kemurkaan Allah Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib.
(FirmanNya: janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah): yaitu janganlah kamu terputus asa darinya sehingga kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan, dan kamu mengatakan: “Dosa-dosa kami telah banyak, keburukan kami telah bertumpuk-tumpuk, tidak ada jalan untuk menghilangkannya, tidak ada jalan untuk membuangnya”. Dengan sebab itu kamu tetap terus-menerus melakukan kemaksiatan, kamu membawa bekal yang dimurkai oleh Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pemurah). Tetapi kenalilah Penguasa kamu lewat nama-namaNya yang menunjukkan kemurahanNya. Dan ketahuilah bahwa (FirmanNya: Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya): yang berupa: syirik, pembunuhan, zina, riba, kezhaliman, dan dosa-dosa lainnya, yang besar dan yang kecil.
(FirmanNya: Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang): yaitu kedua sifatNya, sifat memberi ampun dan sifat rahmat (kasih sayang), merupakan sifat yang tetap ada pada Allah, tidak pernah terlepas dari DzatNya, dan dampak kedua sifat itu terus ada, terjadi di alam ini, memenuhi makhluk.” (Az Zumar : 53)
Allah senang dengan taubat hambaNya
Di dalam Riwayat Muslim disebutkan bahwa Rasulullah bersabda : “Sungguh Allah lebih bergembira dengan taubat seorang hambaNya ketika dia bertaubat kepadaNya, dari pada (kegembiraan) salah seorang kamu yang mengendarai untanya di hamparan tanah luas yang tidak ada air dan tumbuhannya (padang pasir). Tiba-tiba untanya menghilang, padahal makanan dan minumannya ada padanya. Kemudian ia berputus asa untuk bisa menemukannya kembali. Lalu ia mendatangi sebuah pohon dan berbaring di bawah baying-bayangnya. Dia sungguh telah berputus asa dari untanya. Tatkala dia dalam keadaan seperti itu tiba-tiba (pula) ia mendapatkan untanya berdiri dihadapannya. Maka segera ia pegang tali kendalinya. Kemudian dia berkata karena sangat bergembiranya : “Ya Allah Engkau hambaku dan aku adalah Tuhanmu” Dia salah ucap karena terlalu bergembira.”
Dari Abu Musa Abdullah Ibnu Qais Al Asyari radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala membuka tanganNya di malam hari agar bertaubat pelaku dosa di siang hari, dan membuka tanganNya di siang hari agar bertaubat pelaku dosa di malam hari sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya” HR. Muslim. Apakah kita tidak mau memanfaatkan kesempatan emas ini? Di mana Allah senantiasa menerima taubat hambaNya sebesar apapun dosanya. Saudaraku kaum muslimin -semoga dirahmati oleh Allah- mari kita bertaubat kepada Allah, kita sesali dosa-dosa kita dan memohon ampun kepadaNya, sebelum nyawa berada di kerongkongan dan sebelum matahari terbit dari tempat terbenamnya. Karena jika hal itu sudah terjadi maka Allah tidak akan menerima taubat kita.
Dari Abu Abdurrahman Abdullah Ibnu Umar Ibnu Al Khaththab radhiallahu’anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama ruh nya belum sampai pada kerongkongan” HR. At Tirmidzi, ia berkata hadits hasan. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, dia berkata : “Rasulullah Shallalahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda : “Barang siapa bertaubat sebelum matahari terbit dari tempat tenggelamnya maka Allah menerima taubatnya”” HR. Muslim
Kisah yang menarik mengenai Taubat kepada Allah
Dari Abu Sa’id Sa’d Ibnu Malik Ibnu Sinan Al Khudri radhiallahu’anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda : “Pada umat sebelum kamu ada seorang laki-laki yang membunuh 99 jiwa. Kemudian ia bertanya tentang orang terpandai di dunia, ia pun ditunjukkan kepada seorang pendeta (ahli ibadah). Dia mendatanginya dan bertanya : “Sesungguhnya dia telah membunuh 99 nyawa, apakah ada taubat untuknya ?” Pendeta menjawab : “Tidak.” Maka ia pun membunuhnya, menggenapkan angka 100 dengannya. Kemudian dia bertanya tentang orang yang paling mengerti di muka bumi ini. Maka ia pun ditunjukkan kepada seorang ‘alim (ahli ilmu). Dia berkata (kepadanya) : “Sesungguhnya dia telah membunuh 100 nyawa, apakah ada taubat untuknya ?” ‘Alim itu menjawab : “Iya, dan memangnya siapa yang menghalangi antara dia dan taubat ? pergilah ke negeri ini dan itu, sesungguhnya disana terdapat orang-orang yang menyembah Allah Ta’ala, menyembahlah kepada Allah bersama mereka. Kamu jangan pulang ke negerimu karena ia adalah negeri yang jelek.” Maka orang tadi berangkat dan tatkala ia sampai pada separuh perjalanan, ia dijemput oleh maut. Maka malaikat Rahmat dan malaikat Adzab bertengkar tentangnya. Malaikat Rahmat berkata : “Dia dating dalam keadaan bertaubat, menghadap dengan sepenuh hatinya kepada Allah Ta’ala.” Sementara malaikat Adzab beragumentasi :”Sesungguhnya dia belum pernah melakukan kebajikan sama sekali.” Maka ada satu malaiakat lain yang mendatangi mereka dalam rupa manusia. Akhirnya mereka menjadikannya sebagai penengah (hakim). Maka dia berkata : “Ukurlah jarak antara 2 negeri ini, kemana ia lebih dekat jaraknya maka ia termasuk miliknya.” Merekapun mengukur, ternyata mereka menemukan bahwa dia lebih dekat dengan kampung yang sedang dituju. Maka malaikat Rahmat lah yang menanganinya.” Muttafaq ‘alaih.

Syarat bertaubat kepada Allah
Al Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Riyadhus Shalihin :
Para ulama berkata : “taubat itu wajib, dari setiap dosa. Apabila maksiat itu antara hamba dan Allah Ta’ala, tidak berhubungan dengan hak manusia maka taubatnya memiliki syarat :
1.        Meninggalkan maksiat (tersebut)
2.        Menyesal atas perbuatan maksiat yang telah dilakukannya
3.        Bertekad untuk tidak kembali (mengulangi) kepada maksiat itu semuanya
Apabila salah satu dari tiga syarat ini tidak terpenuhi maka taubatnya tidak sah. Dan Apabila maksiat itu tadi berhubungan dengan manusia maka syarat taubatnya ada empat yaitu tiga syarat di atas, ditambah dengan satu syarat (yaitu) membebaskan diri dari hak orang lain. Apabila hak itu berupa harta atau sejenisnya maka wajib mengembalikan kepadanya. Apabila berupa tuduhan zina atau sejenisnya maka ia harus memberikan kesempatan kepadanya untuk menghukumnya atau meminta maaf kepadanya ”
Mari sejenak kita pikirkan akan dosa-dosa kita. Mungkin dahulu kita pernah berzina, membunuh, mencuri, berbohong, dan dosa-dosa besar lainnya yang mungkin sekarang kita sudah lupa. Dan kita telah lalai dari bertaubat kepada Allah karena terlalu sibuk dalam urusan dunia. “Ya Allah Ya Rabb, kami bersimpuh di hadapanMu. Memohon ampun atas segala dosa yang pernah kami lakukan. Dosa yang mungkin sudah sepenuh bumi, menumpuk setinggi langit. Tapi kami yakin Engkau Maha Pengampun.”   
Semoga apa yang kami tuliskan ini bermanfaat. Kepada Allah lah kami mengharap ridho dan pahala. Yang haq datangnya dari Allah dan yang salah murni karena kesalahan kami. Saran dan kritik dari saudaraku kaum muslimin -pembaca yang di rahmati Allah- tetap kami harapkan. Wallahu a’lam. Washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin.

"Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". QS. Al A’raaf : 23



Maraji’ :
-      Riyadhus Shalihin oleh Imam  Nawawi rahimahullah
-      dll

Tidak ada komentar:

Posting Komentar