Jumat, 20 Januari 2012

Meraih Kemulyaan Dengan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tabaroka Wa Ta’ala. Allah Robbul ‘Alamin. Robbul ‘Arsyil ‘Adzim. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, keluarga beliau, sahabat beliau dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Serta semoga limpahan rahmat dan ampunan Allah senantiasa tercurah kepada seluruh kaum muslimin.
Saudaraku -pembaca yang dirahmati Allah- sering kita mendengar kabar / berita di stasiun TV ada seorang anak yang berani memukul Bapak/Ibunya, bahkan ada yang tega membunuhnya. Inikah balasan dari seorang anak kepada Bapaknya ? Bapak yang senantiasa keringatnya bercucuran, tubuhnya terpanggang oleh sengatan matahari hanya untuk mencari sesuap nasi bagi anak dan istrinya. Atau inikah balasan dari seorang anak kepada Ibunya ? Ibu yang telah mengandung selama 9 bulan, yang bertaruh nyawa ketika melahirkan kita. Melahirkan seorang anak yang ternyata setelah dewasa justru mendurhakainya. Sahabat Abdullah Ibnu Umar radhiallahu’anhuma pernah melihat seorang pemuda dari Yaman yang menggendong Ibunya untuk Thawaf (keliling Ka’bah). Kemudian pemuda itu bertanya kepada Ibnu Umar : “Wahai Ibnu Umar, apakah engkau melihat aku telah membalasnya (membalas kebaikan ibunya dengan menggendongnya keliling Ka’bah) ?”, Ibnu Umar menjawab : “Belum. bahkan tidak sebanding dengan (satu) tarikan nafasnya disaat melahirkan (mu)”. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad)
Wajib berbuat baik kepada kedua orang tua
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang Ibu Bapak…,” QS. An Nisa’ : 36. Dalam ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak) merupakan perintah, dan perintah disini menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak setelah perintah untuk beribadah dan meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan) Allah, serta tidak didapatinya perubahan (kalimat dalam ayat tersebut) dari perintah ini. (Al Adaabusy Syar’iyyah 1/434)
Allah Tabaroka Wa Ta’ala juga berfirman : “Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada Ibu Bapakmu dengan sebaik-baiknya” QS. Al Israa’ : 23. Adapun makna ( qodho ) = Berkata Ibnu Katsir rahimahullah : yakni, mewasiatkan. Berkata Al Qurthubiy rahimahullah : yakni, memerintahkan, menetapkan dan mewajibkan. Berkata Asy Syaukaniy rahimahullah : "Allah memerintahkan untuk berbuat baik pada kedua orang tua seiring dengan perintah untuk mentauhidkan dan beribadah kepada-Nya, ini pemberitahuan tentang betapa besar haq mereka berdua, sedangkan membantu urusan-urusan (pekerjaan) mereka, maka ini adalah perkara yang tidak tersembunyi lagi (perintahnya). (Fathul Qodiir 3/218)
Kemudian firman-Nya dalam surat Luqman ayat 14 : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang Ibu - Bapaknya; Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” Berkata Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma "Tiga ayat dalam Al Qur’an yang saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu tanpa yang lainnya, kemudian Allah menyebutkan diantaranya firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala : "Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang Ibu Bapakmu", Berkata beliau. "Maka, barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan tetapi dia tidak bersyukur pada kedua Ibu Bapaknya, tidak akan diterima (rasa syukurnya) dengan sebab itu." (Al Kabaair milik Imam Adz Dzahabi hal 40).
Berkaitan dengan ini, Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wa Sallam bersabda (artinya) : "Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua" (Riwayat Tirmidzi dalam Jami’nya (1/ 346), Hadits ini Shahih, lihat Silsilah Al Hadits Ash Shahiihah No. 516.
Dan haram hukumnya durhaka kepada orang tua, berdasarkan sabda Rasulullah dari  Al Mughirah bin Syu’bah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam beliau bersabda : "Sesungguhnya Allah  mengharamkan atas kalian mendurhakai para Ibu, mengubur hidup - hidup anak perempuan, dan tidak mau memberi tetapi meminta - minta (bakhil) dan Allah membenci atas kalian (mengatakan) katanya si fulan begini si fulan berkata begitu (tanpa diteliti terlebih dahulu), banyak bertanya (yang tidak bermanfaat), dan membuang-buang harta". (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya No. 1757).
Keutamaan Birrul Walidain
Pertama : Termasuk Amalan Yang Paling Mulia
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu dia berkata :
Saya bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam: “Amalan apa yang paling dicintai Allah ?”, Beliau menjawab : "Sholat tepat pada waktunya", Saya bertanya : “Kemudian apa lagi ?”, Beliau menjawab "Berbakti kepada kedua orang tua". Lalu saya bertanya lagi : “Kemudian apa ?”, Beliau menjawab : "Berjihad di jalan Allah". (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Kedua : Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang Ibu Bapaknya….", hingga akhir ayat berikutnya : "Mereka itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan - kesalahan mereka, bersama penghuni - penghuni surga. Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka." (QS. Al Ahqaf 15 - 16)
Ketiga : Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga
Dari Mu’awiyah bin Jaahimah radhiallahu’anhuma, bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam kemudian berkata : "Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan sungguh saya dating untuk meminta pendapatmu. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda : "Apakah kamu masih memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam : "Tetaplah dengannya karena sesungguhnya surga itu dibawah telapak kakinya". (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Nasa’i dalam Sunannya dan Ahmad dalam Musnadnya, Hadits ini Shahih. (Lihat Shahihul Jaami No. 1248)
Keempat : Merupakan Sebab keridhoan Allah
Sebagaimana hadits yang terdahulu "Keridhoan Allah ada pada keridhoan kedua orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua".
Kelima : Merupakan Sebab Bertambahnya Umur
Diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu, dia berkata, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda : "Barang siapa yang ingin agar dipanjangkan umurnya dan ditambah rizkinya, maka hendaklah ia berbuat baik kepada kedua orang tuanya dan menjalin hubungan kerabatnya". Diriwayatkan Ahmad, sedangkan para perawinya dijadikan hujjah (sandaran) di dalam ash-shahih.
Keenam : Merupakan Sebab Barokahnya Rizki
Dalilnya, sebagaimana hadits sebelumnya.
Hak - Hak Yang Wajib Dilaksanakan Semasa Orang Tua Masih Hidup
1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah
Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap Muslim. Haram hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya..." (QS. Luqman: 15). Tidak boleh mentaati makhluk untuk mendurhakai Allah, Penciptanya, sebagaimana sabda Rasululah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam: "Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam melakukan kebaikan." (HR. Bukhari no. 4340, 7145, 7257, dan Muslim no. 1840, dari Ali radhiyallahu 'anhu)
2. Berbakti, Berbicara Dengan Lembut dan  Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman : "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu bapaknya..." (QS. Al-Ahqaaf: 15). "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapak..." (QS.
An-Nisaa': 36). Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin tua dan lanjut hingga kondisi mereka melemah dan sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari anaknya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: "Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: 'Wahai, Rabb-ku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.'" (QS. Al-Israa': 23 - 24)
3. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya
Seorang laki-laki hijrah dari negeri Yaman lalu Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bertanya kepadanya: "Apakah kamu masih mempunyai kerabat di Yaman?" Laki - laki itu menjawab: "Masih, yaitu kedua orang tuaku." Beliau kembali bertanya: "Apakah mereka berdua mengizinkanmu?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak." Lantas, Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda: "Kembalilah kamu kepada mereka dan mintalah izin dari mereka. Jika mereka mengizinkanmu, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak, maka berbaktilah kepada keduanya." (HR. Ahmad, III/76; Abu Dawud no. 2530; al-Hakim, II/103, 103, dan ia menshahihkannya serta disetujui oleh Adz-Dzahabi dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu. Lihat kitab Shahihh Abu Dawud no. 2207)
4. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan
Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam pernah bersabda kepada seorang laki - laki ketika ia berkata: "Ayahku ingin mengambil hartaku." Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda: "Kamu dan hartamu milik ayahmu." (HR. Ahmad, II/204, Abu Dawud no. 3530, dan Ibnu Majah no. 2292, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami no. 1486) Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.
5. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda: "Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya." Para Sahabat bertanya: "Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?" Beliau menjawab: "Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya." (HR. Bukhari no. 5973 dan Muslim no. 90, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu) Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk. Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan perbuatan yang sangat tercela ini.
HAK-HAK ORANG TUA SETELAH MEREKA MENINGGAL DUNIA
1. Menshalati Keduanya
Maksud menshalati di sini adalah mendo'akan keduanya. Yakni, setelah keduanya meninggal dunia, karena ini termasuk bakti kepada mereka. Oleh karena itu, seorang anak hendaknya lebih sering mendo'akan kedua orang tuanya setelah mereka meninggal daripada ketika masih hidup. Apabila anak itu mendo'akan keduanya, niscaya kebaikan mereka berdua akan semakin bertambah, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam: "Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo'akan dirinya." (HR. Muslim no. 1631 dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)
2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua
Orang tua adalah orang yang paling utama bagi seorang Muslim untuk dido'akan agar Allah mengampuni mereka karena kebaikan mereka karena kebaikan mereka yang besar. Allah Subhanahu Wa Ta'ala menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-Qur'an: "Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku..." (QS. Ibrahim: 41)
3. Menunaikan Janji Kedua Orang Tua
Hendaknya seseorang menunaikan wasiat kedua orang tua dan melanjutkan secara berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak mereka.
4. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah
Hendaknya seseorang menyambung tali silaturahim dengan semua kerabat yang silsilah keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman dari pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan anak-anak mereka semua. Bagi yang melakukannya, berarti ia telah menyambung tali silaturahim kedua orang tuanya dan telah berbakti kepada mereka. Hal ini berdasarkan sabda Beliau Shallallahu 'alaihi Wa Sallam: "Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal." (HR. Ibnu Hibban no. 433 dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami' no. 5960)
Jangan timbulkan kebencian kepada orang tua dalam hati kita
Orang tua adalah manusia biasa, tentunya mereka tak luput dari kesalahan. Jika muncul kebencian dalam hati kita, maka temui mereka ketika sedang tidur. Perhatikan !!!  Bagaimana masa ini telah menggerogoti tubuhnya. Nafasnya yang mulai tersengal, keningnya yang mulai keriput, giginya yang mulai tanggal. Cium tangannya, rasakan bau tubuhnya, mungkin besok daging bangkai yang kita lihat. Wallahi, hapus kebencian dalam hati ini. Jangan sampai kita menyesal jika mereka telah tiada.
Mungkin ini sedikit yang bisa kami tuliskan. Semoga bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin. Dan semoga Allah menjadikannya termasuk ‘amal shalih. Amin. Wallahu a’lam. Washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin.

 Maraji’ :
-      Ensiklopedi Adab Islam menurut Al Qur’an dan As Sunnah oleh Syaikh Abdul Aziz bin Fathi As Sayyid Nada
-      Riyadhus Shalihin oleh Imam  An-Nawawi rahimahullah
-      Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah
-      dll

Tidak ada komentar:

Posting Komentar