Alhamdulillah, segala puji bagi
Allah Tabaroka Wa Ta’ala. Allah Robbul ‘Alamin. Robbul ‘Arsyil ‘Adzim. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
Nabi kita, Rasulullah Muhammad Shallallahu
‘alaihi Wa Sallam, keluarga beliau, sahabat beliau dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik. Serta semoga limpahan rahmat dan ampunan Allah senantiasa
tercurah kepada seluruh kaum muslimin.
Saudaraku -pembaca
yang dirahmati Allah- sering kita mendengar kabar / berita di stasiun TV
ada seorang anak yang berani memukul Bapak/Ibunya, bahkan ada yang tega
membunuhnya. Inikah balasan dari seorang anak kepada Bapaknya ? Bapak yang
senantiasa keringatnya bercucuran, tubuhnya terpanggang oleh sengatan matahari
hanya untuk mencari sesuap nasi bagi anak dan istrinya. Atau inikah balasan dari
seorang anak kepada Ibunya ? Ibu yang telah mengandung selama 9 bulan, yang bertaruh
nyawa ketika melahirkan kita. Melahirkan seorang anak yang ternyata setelah
dewasa justru mendurhakainya. Sahabat Abdullah Ibnu Umar radhiallahu’anhuma pernah melihat seorang pemuda dari Yaman yang
menggendong Ibunya untuk Thawaf (keliling Ka’bah). Kemudian pemuda itu bertanya
kepada Ibnu Umar : “Wahai Ibnu Umar, apakah engkau melihat aku telah
membalasnya (membalas kebaikan ibunya dengan menggendongnya keliling Ka’bah)
?”, Ibnu Umar menjawab : “Belum. bahkan
tidak sebanding dengan (satu) tarikan nafasnya disaat melahirkan (mu)”. (Diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad)
Wajib berbuat baik kepada kedua orang tua
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang Ibu Bapak…,” QS. An Nisa’ : 36. Dalam
ayat ini (berbuat baik kepada Ibu Bapak) merupakan perintah, dan perintah disini
menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak setelah perintah untuk
beribadah dan meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan) Allah, serta tidak
didapatinya perubahan (kalimat dalam ayat tersebut) dari perintah ini. (Al
Adaabusy Syar’iyyah 1/434)
Allah Tabaroka
Wa Ta’ala juga berfirman : “Dan
Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada Ibu Bapakmu dengan sebaik-baiknya” QS. Al
Israa’ : 23. Adapun makna ( qodho ) =
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah : yakni, mewasiatkan. Berkata Al
Qurthubiy rahimahullah : yakni, memerintahkan, menetapkan dan mewajibkan.
Berkata Asy Syaukaniy rahimahullah : "Allah memerintahkan untuk
berbuat baik pada kedua orang tua seiring dengan perintah untuk mentauhidkan dan
beribadah kepada-Nya, ini pemberitahuan tentang betapa besar haq mereka berdua,
sedangkan membantu urusan-urusan (pekerjaan) mereka, maka ini adalah perkara
yang tidak tersembunyi lagi (perintahnya). (Fathul Qodiir 3/218)
Kemudian firman-Nya
dalam surat Luqman ayat 14 : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang Ibu
- Bapaknya; Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” Berkata Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma
"Tiga ayat dalam Al Qur’an yang saling berkaitan dimana tidak diterima
salah satu tanpa yang lainnya, kemudian Allah menyebutkan diantaranya firman
Allah Subhanahu Wa Ta’ala : "Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
orang Ibu Bapakmu", Berkata beliau.
"Maka, barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan tetapi dia tidak
bersyukur pada kedua Ibu Bapaknya, tidak akan diterima (rasa syukurnya) dengan
sebab itu." (Al Kabaair milik
Imam Adz Dzahabi hal 40).
Berkaitan
dengan ini, Rasulullah Shalallahu ’alaihi
Wa Sallam bersabda (artinya) : "Keridhaan
Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada
kemurkaan orang tua" (Riwayat Tirmidzi dalam Jami’nya (1/ 346), Hadits
ini Shahih, lihat Silsilah Al Hadits Ash Shahiihah No. 516.
Dan
haram hukumnya durhaka kepada orang tua, berdasarkan sabda Rasulullah dari Al Mughirah bin Syu’bah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi Shalallahu
‘alaihi Wa Sallam beliau bersabda : "Sesungguhnya Allah mengharamkan
atas kalian mendurhakai para Ibu, mengubur hidup - hidup anak perempuan, dan
tidak mau memberi tetapi meminta - minta (bakhil) dan Allah membenci atas
kalian (mengatakan) katanya si fulan begini si fulan berkata begitu (tanpa
diteliti terlebih dahulu), banyak bertanya (yang tidak bermanfaat), dan
membuang-buang harta". (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya
No. 1757).
Keutamaan Birrul Walidain
Pertama : Termasuk Amalan Yang Paling Mulia
Dari
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu
dia berkata :
Saya bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam: “Amalan apa
yang paling dicintai Allah ?”, Beliau menjawab : "Sholat tepat pada
waktunya", Saya bertanya : “Kemudian apa lagi ?”, Beliau menjawab
"Berbakti kepada kedua orang tua".
Lalu saya bertanya lagi : “Kemudian apa ?”, Beliau menjawab : "Berjihad di jalan Allah". (Diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim)
Kedua : Merupakan Salah Satu Sebab-Sebab Diampuninya Dosa
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : "Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang Ibu Bapaknya….", hingga akhir ayat berikutnya
: "Mereka itulah orang-orang yang
kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan kami
ampuni kesalahan - kesalahan mereka, bersama penghuni - penghuni surga. Sebagai
janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka." (QS. Al Ahqaf
15 - 16)
Ketiga : Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga
Dari Mu’awiyah bin Jaahimah radhiallahu’anhuma, bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam kemudian
berkata : "Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan sungguh
saya dating untuk meminta pendapatmu. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda : "Apakah kamu masih memiliki Ibu?". Berkata dia :
"Ya". Bersabda Rasulullah Shalallahu
‘alaihi Wa Sallam : "Tetaplah dengannya
karena sesungguhnya surga itu dibawah telapak kakinya". (Hadits Hasan
diriwayatkan oleh Nasa’i dalam Sunannya dan Ahmad dalam Musnadnya, Hadits ini
Shahih. (Lihat Shahihul Jaami No. 1248)
Keempat : Merupakan Sebab keridhoan Allah
Sebagaimana hadits yang terdahulu "Keridhoan Allah ada pada keridhoan kedua
orang tua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua".
Kelima : Merupakan Sebab Bertambahnya Umur
Diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Anas
bin Malik radhiallahu’anhu, dia
berkata, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa
Sallam bersabda : "Barang siapa yang ingin agar dipanjangkan umurnya
dan ditambah rizkinya, maka hendaklah ia berbuat baik kepada kedua orang tuanya
dan menjalin hubungan kerabatnya". Diriwayatkan Ahmad, sedangkan para
perawinya dijadikan hujjah (sandaran)
di dalam ash-shahih.
Keenam : Merupakan Sebab Barokahnya Rizki
Dalilnya, sebagaimana hadits sebelumnya.
Hak - Hak Yang Wajib Dilaksanakan Semasa Orang Tua Masih Hidup
1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah
Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib atas
setiap Muslim. Haram hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit
pun mendurhakai mereka berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk menyekutukan
Allah atau mendurhakai-Nya. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman: "Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya..."
(QS. Luqman: 15). Tidak boleh mentaati makhluk untuk mendurhakai Allah,
Penciptanya, sebagaimana sabda Rasululah Shallallahu
'alaihi Wa Sallam: "Tidak ada
ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam
melakukan kebaikan." (HR. Bukhari no. 4340, 7145, 7257, dan Muslim no.
1840, dari Ali radhiyallahu 'anhu)
2. Berbakti, Berbicara Dengan Lembut dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman : "Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada kedua orang tua ibu bapaknya..." (QS. Al-Ahqaaf:
15). "Sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua
orang tua ibu bapak..." (QS.
An-Nisaa': 36). Perintah berbuat baik ini lebih
ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin tua dan lanjut hingga kondisi
mereka melemah dan sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari anaknya. Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: "Dan
Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kasih sayang dan ucapkanlah: 'Wahai, Rabb-ku, kasihilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.'" (QS.
Al-Israa': 23 - 24)
3. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan
Lainnya
Seorang
laki-laki hijrah dari negeri Yaman lalu Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bertanya kepadanya: "Apakah kamu masih mempunyai kerabat di Yaman?"
Laki - laki itu menjawab: "Masih, yaitu kedua orang tuaku." Beliau kembali
bertanya: "Apakah mereka berdua
mengizinkanmu?" Laki-laki itu menjawab: "Tidak." Lantas,
Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda: "Kembalilah kamu kepada mereka dan mintalah izin dari mereka. Jika mereka
mengizinkanmu, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak, maka
berbaktilah kepada keduanya." (HR. Ahmad, III/76; Abu Dawud no. 2530;
al-Hakim, II/103, 103, dan ia menshahihkannya serta disetujui oleh Adz-Dzahabi
dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu. Lihat kitab Shahihh Abu Dawud no. 2207)
4. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan
Rasulullah Shallallahu
'alaihi Wa Sallam pernah bersabda kepada seorang laki - laki ketika ia
berkata: "Ayahku ingin mengambil hartaku." Nabi Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda: "Kamu dan hartamu milik ayahmu." (HR. Ahmad, II/204, Abu Dawud
no. 3530, dan Ibnu Majah no. 2292, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu 'anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami
no. 1486) Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap
orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan
lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.
5. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang
Lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela
orang lain termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam
bersabda: "Termasuk dosa besar
adalah seseorang mencela orang tuanya." Para Sahabat bertanya:
"Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?" Beliau
menjawab: "Ada. Ia mencela ayah
orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu
orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya." (HR. Bukhari no.
5973 dan Muslim no. 90, dari Ibnu 'Amr radhiyallahu
'anhu) Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk. Orang-orang
sering bergurau dan bercanda dengan melakukan perbuatan yang sangat tercela
ini.
HAK-HAK ORANG TUA SETELAH MEREKA MENINGGAL DUNIA
1. Menshalati Keduanya
Maksud menshalati di sini adalah mendo'akan
keduanya. Yakni, setelah keduanya meninggal dunia, karena ini termasuk bakti
kepada mereka. Oleh karena itu, seorang anak hendaknya lebih sering mendo'akan
kedua orang tuanya setelah mereka meninggal daripada ketika masih hidup.
Apabila anak itu mendo'akan keduanya, niscaya kebaikan mereka berdua akan semakin
bertambah, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam: "Apabila manusia sudah meninggal, maka
terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat,
dan anak shalih yang mendo'akan dirinya." (HR. Muslim no. 1631 dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)
2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua
Orang tua adalah orang yang paling utama bagi
seorang Muslim untuk dido'akan agar Allah mengampuni mereka karena kebaikan
mereka karena kebaikan mereka yang besar. Allah Subhanahu Wa Ta'ala menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-Qur'an: "Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku..."
(QS. Ibrahim: 41)
3. Menunaikan Janji Kedua Orang Tua
Hendaknya seseorang menunaikan wasiat kedua orang
tua dan melanjutkan secara berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu
pernah dilakukan keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua
apabila amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak
mereka.
4. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah
Hendaknya
seseorang menyambung tali silaturahim dengan semua kerabat yang silsilah
keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman dari pihak ayah dan
ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan anak-anak mereka semua.
Bagi yang melakukannya, berarti ia telah menyambung tali silaturahim kedua
orang tuanya dan telah berbakti kepada mereka. Hal ini berdasarkan sabda Beliau
Shallallahu 'alaihi Wa Sallam: "Barang siapa ingin menyambung silaturahim
ayahnya yang ada di kuburannya, maka sambunglah tali silaturahim dengan
saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal." (HR. Ibnu Hibban no.
433 dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu.
Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami' no. 5960)
Jangan timbulkan kebencian kepada orang tua dalam hati kita
Orang tua adalah manusia biasa, tentunya mereka
tak luput dari kesalahan. Jika muncul kebencian dalam hati kita, maka temui
mereka ketika sedang tidur. Perhatikan
!!! Bagaimana masa ini telah
menggerogoti tubuhnya. Nafasnya yang mulai tersengal, keningnya yang mulai
keriput, giginya yang mulai tanggal. Cium tangannya, rasakan bau tubuhnya,
mungkin besok daging bangkai yang kita lihat. Wallahi, hapus kebencian dalam hati ini. Jangan sampai kita
menyesal jika mereka telah tiada.
Mungkin ini sedikit yang bisa kami tuliskan.
Semoga bermanfaat bagi seluruh kaum muslimin. Dan semoga Allah menjadikannya
termasuk ‘amal shalih. Amin. Wallahu a’lam. Washallallahu ‘ala Nabiyyina
Muhammadin.
Maraji’
:
-
Ensiklopedi Adab Islam menurut Al Qur’an
dan As Sunnah oleh Syaikh Abdul Aziz bin Fathi As Sayyid Nada
-
Riyadhus Shalihin oleh Imam An-Nawawi rahimahullah
-
Shahih At-Targhib Wa At-Tarhib oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah
-
dll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar